Delik INFO | Kota Bengkulu – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) asal Bengkulu, Destita, melakukan kunjungan kerja ke Dapur Cempaka Madu SPPG Bumi Ayu, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, pada Selasa (21/10).
Dalam kunjungan tersebut, Destita bersama timnya meninjau langsung seluruh aktivitas dapur — mulai dari proses penerimaan bahan baku, penimbangan, hingga pengolahan dan distribusi makanan — dengan di dampingi pihak pengelola serta perwakilan mitra program.
Destita menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kinerja dapur yang baru beroperasi sekitar satu bulan tersebut. Ia menilai, meskipun masih terbilang baru, sistem kerja yang di terapkan sudah berjalan terstruktur, higienis, dan profesional.
“Alhamdulillah, hari ini kami dari DPD RI bersama SPPG Bumi Ayu melihat langsung alur kerja dapur Cempaka Madu. Mulai dari penerimaan bahan, penimbangan, proses produksi, hingga pembersihan sudah berjalan dalam satu sistem yang rapi. Ini sangat baik karena dapat meminimalkan risiko cross-contamination dan menjaga standar kebersihan produk,” ujar Destita.
Selain menyoroti tata kelola dapur yang baik, Destita juga memberikan apresiasi khusus terhadap inisiatif pengelola yang secara rutin memberikan suplemen vitamin kepada para pekerja sebagai bentuk perhatian terhadap kesehatan mereka.
“Inisiatif ini luar biasa. Para pekerja memiliki ritme kerja yang cukup padat — dari malam hingga siang hari. Memberikan vitamin secara berkala adalah bentuk perhatian yang patut di contoh, karena kesehatan sumber daya manusia adalah faktor utama dalam menjaga kualitas layanan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Destita menjelaskan bahwa saat ini dapur Cempaka Madu melayani sekitar 3.200 anak sekolah, dengan jadwal pendistribusian makanan dua kali setiap hari, yakni pada pukul 08.00 WIB dan 11.00 WIB.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung tantangan regulasi terkait kebutuhan tenaga chef profesional di dapur SPPG, yang di wajibkan memiliki sertifikasi resmi.
“Kami akan membahas lebih lanjut mengenai regulasi ini, apakah tenaga chef harus lulusan sekolah kuliner formal atau dapat melalui jalur pelatihan dan sertifikasi bagi mereka yang sudah berpengalaman di lapangan,” jelasnya.
Menariknya, kunjungan Destita turut di dampingi oleh perwakilan dari Japan International Cooperation Agency (JICA), yakni para ahli nutrisi dari Kementerian Kesehatan Jepang yang sedang melakukan pendampingan terhadap program dapur gizi di Indonesia.
“Teman-teman dari JICA memiliki pengalaman luas dalam mendampingi dapur sejenis di berbagai daerah, baik di Sumatera maupun Jawa. Kehadiran mereka menjadi sumber masukan berharga untuk peningkatan kualitas dapur kita, bahkan berpotensi menjadi bahan studi banding bagi Jepang di masa mendatang,” pungkasnya.
Sementara itu, Syafri Yantoni, selaku pengelola Dapur MBG di bawah naungan Yayasan Garuda Nusantara Perkasa, menegaskan bahwa keberadaan SPPG Bumi Ayu tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan bergizi, tetapi juga berperan aktif dalam pemberdayaan lingkungan dan masyarakat.
“Keberadaan SPPG Bumi Ayu di harapkan mampu memberi kontribusi positif bagi lingkungan sekitar. Semua permasalahan yang muncul harus dapat di atasi dengan cara-cara yang berkelanjutan,” ujarnya.
Syafri menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan adalah pengelolaan limbah organik dapur melalui pembentukan kelompok tani pengolah kompos.
“Permasalahan sampah yang dihasilkan dari aktivitas dapur kami atasi dengan membina masyarakat membentuk kelompok tani. Mereka kami latih mengolah sisa bahan organik menjadi kompos yang nantinya dapat di manfaatkan untuk pertanian lokal,” terangnya.
Lebih dari itu, kelompok tani binaan yayasan juga diajak menanam buah dan sayur yang hasilnya akan di pasarkan kembali ke dapur MBG, menciptakan rantai ekonomi sirkular yang saling menguatkan antara dapur dan masyarakat sekitar.
Tak hanya itu, Yayasan Garuda Nusantara Perkasa juga aktif melaksanakan program pembinaan sosial bagi pemuda putus sekolah dan masyarakat pengangguran, melalui pelatihan keterampilan kerja serta pengembangan kewirausahaan berbasis komunitas.
“Kami juga mendirikan koperasi sebagai wadah ekonomi masyarakat, agar mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan (income) sekaligus menyiapkan daya tahan menghadapi potensi lonjakan harga kebutuhan pokok,” tutup Syafri.
Kegiatan tersebut di akhiri dengan kunjungan ke sekolah penerima manfaat MAN 2 dan mendengarkan langsung tanggapan dari siswa penerima program MBG serta melakukan dialog interaktif antara tim DPD RI, para ahli JICA serta perwakilan SPPG Bumi Ayu didampingi Kareg SPPI dan Korwil SPPI Kota Bengkulu, pihak sekolah penerima manfaat untuk membahas strategi penguatan gizi anak sekolah melalui pengembangan dapur sehat dan berstandar nasional.













